Selasa, 26 Mei 2009

foto kediri

































Mendiknas Canangkan Program Wajib Belajar 12 Tahun di Provinsi Maluku 2009

Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo pada Senin (18/05/2009) di Hall Olah Raga Karang Panjang, Kota Ambon, Provinsi Maluku mencanangkan program Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun di Provinsi Maluku. Pemerintah Provinsi Maluku akan melaksanakan program ini mulai tahun ajaran 2009/2010. Diharapkan, program ini akan tuntas paripurna pada 2013.


Pencanangan program Wajar 12 Tahun ditandai dengan penekanan sirine dan penandatanganan naskah oleh Mendiknas dilanjutkan dengan penyerahan bantuan operasional sekolah (BOS) kepada tiga kepala sekolah. Peluncuran program ini ditandai juga dengan penerbitan seri perangko Wajib Belajar 12 Tahun.

Mendiknas mengapresiasi inisiatif Pemerintah Provinsi Maluku untuk melaksanakan program Wajar 12 Tahun. Mendiknas mengatakan, investasi yang terbaik adalah investasi pada manusia itu sendiri. "Sebaik - baik investasi adalah investasi di bidang pendidikan. Hanya dengan itulah akan terjadi perubahan nasib masyarakat," katanya.

Hadir pada acara Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas Suyanto, Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Pertama Depdiknas Didik Suhardi. Acara pencanangan juga dihadiri oleh tidak kurang 4.000 siswa SMA/SMK, para kepala dinas pendidikan, para kepala sekolah, bupati dan walikota, para ketua DPRD provinsi, kabupaten, dan kota se Maluku.

Mendiknas menyampaikan, mulai 2009 unit biaya BOS dinaikkan secara signifikan oleh pemerintah pusat dengan maksud supaya wajib belajar 9 tahun SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket B bisa gratis. Mendiknas menggarisbawahi, yang dimaksud dengan gratis adalah bukan kemudian tidak ada lagi biaya yang ditanggung oleh peserta didik. "Gratis itu dari biaya operasional sekolah. Untuk pakaian, ikat pinggang, sepatu, dan makan pagi masih dibayar peserta didik. Jadi jangan salah interpretasi, gratis itu bukan berarti gratis segalanya," katanya.

Dengan diperluasnya pengertian wajib belajar dari sembilan menjadi 12 tahun, Mendiknas meminta kepada jajaran pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten dan kota untuk memberikan batasan yang lebih jelas lagi apa yang dimaksud dengan gratis itu. "Saya mohon di tingkat daerah baik provinsi maupun kabupaten ada pengaturan lebih lanjut melalui peraturan daerah. Kemudian, yang lebih teknis bisa diatur dalam peraturan gubernur, bupati, atau walikota. Hal ini dilakukan supaya yang dimaksud dengan bebas pungutan jelas batasannya, sekaligus saya mohon ada pengaturan mengenai sangsinya," katanya.

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, pengertian gratis bukan berarti menghalang - halangi kepala sekolah untuk menerima sumbangan sukarela dari masyarakat. Kepala sekolah, kata Mendiknas, dituntut piawai dalam menggalang sumbangan dari masyarakat. Bukan saja hanya dari orang tua murid, tetapi, Mendiknas mencontohkan, dari masyarakat luas seperti perusahaan milik negara, perusahaan milik daerah, dan perusahaan - perusahaan swasta. "Kunci sekolah menjadi bermutu adalah kalau sekolahnya makmur, tetapi tanpa melakukan pungutan. Kepala sekolah yang baik adalah yang mampu secara persuasif dan simpatik menggalang dana dan berhasil," katanya.

Menurut Mendiknas, pungutan berbeda dengan sumbangan sukarela. Pungutan, kata Mendiknas, besarnya ditentukan oleh kepala sekolah dan komite. Adapun saat pembayarannya terkonsentrasi di bulan - bulan tertentu saja. "Biasanya di bulan Agustus. Namun, kalau sumbangan, akan dibayar oleh orang tua atau masyarakat kapan saja. Sumbangan sangat dianjurkan," katanya.

Karel mengatakan, salah satu strategi pelaksanaan program Wajar 12 Tahun ini ditempuh dengan memberikan BOS bagi siswa SMA/MA/SMK baik negeri maupun swasta se Provinsi Maluku yang besarnya diatur sesuai dengan ketentuan yang diberikan melalui APBD Provinsi Maluku.

Pertama, Karel merinci, BOS SMA dengan sasaran 52.820 siswa dengan subsidi sebanyak Rp.475.000,00 per tahun per siswa. Kedua, BOS MA dengan sasaran 4.856 siswa dengan subsidi sebanyak Rp.475.000,00 per tahun per siswa. Ketiga, BOS SMK dengan sasaran 12.998 siswa dengan subsidi sebanyak Rp.600.000,00 per tahun per siswa.

Karel menyebutkan, komponen gratis dari dana BOS adalah untuk pendaftaran siswa baru, pengadaan buku teks meliputi bahan ajaran dan lembar kerja siswa, pembelian bahan - bahan habis pakai untuk keperluan administrasi sekolah, pembiayaan kegiatan kesiswaan, pengadaan alat peraga dan bahan praktikum laboratorium, pembiayaan ujian sekolah dan ulangan, dan pembiayaan kesejahteraan dan pengembangan profesi guru.***

Senin, 18 Mei 2009

Sistem Pendidikan Nasional 2009

Pelaksanaan pendidikan nasional berlandaskan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

.: Jalur Pendidikan

Jalur pendidikan terdiri atas:

  1. pendidikan formal,
  2. nonformal, dan
  3. informal.

Jalur Pendidikan Formal

Jenjang pendidikan formal terdiri atas:

  1. pendidikan dasar,
  2. pendidikan menengah,
  3. dan pendidikan tinggi.

Jenis pendidikan mencakup:

  1. pendidikan umum,
  2. kejuruan,
  3. akademik,
  4. profesi,
  5. vokasi,
  6. keagamaan, dan
  7. khusus.

Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar bagi setiap warga negara yang berusia 6 (enam) tahun pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Pendidikan dasar berbentuk:

  1. Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta
  2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.

Pendidikan menengah terdiri atas:

  1. pendidikan menengah umum, dan
  2. pendidikan menengah kejuruan.

Pendidikan menengah berbentuk:

  1. Sekolah Menengah Atas (SMA),
  2. Madrasah Aliyah (MA),
  3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
  4. Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Perguruan tinggi dapat berbentuk:

  1. akademi,
  2. politeknik,
  3. sekolah tinggi,
  4. institut, atau
  5. universitas.

Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.

Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi:

  1. pendidikan kecakapan hidup,
  2. pendidikan anak usia dini,
  3. pendidikan kepemudaan,
  4. pendidikan pemberdayaan perempuan,
  5. pendidikan keaksaraan,
  6. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
  7. pendidikan kesetaraan, serta
  8. pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal terdiri atas:

  1. lembaga kursus,
  2. lembaga pelatihan,
  3. kelompok belajar,
  4. pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
  5. majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Pendidikan Informal

Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.

Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.

.: Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.

Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk:

  1. Taman Kanak-kanak (TK),
  2. Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk:

  1. Kelompok Bermain (KB),
  2. Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

.: Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.

Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.

Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.

.: Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan keagamaan berbentuk:

  1. pendidikan diniyah,
  2. pesantren,
  3. pasraman,
  4. pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.

.: Pendidikan Jarak Jauh

Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler.

Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.



.: Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

**Warga negara asing dapat menjadi peserta didik pada satuan pendidikan yang diselenggarakan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Daftar Istilah

Pendidikan
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional
Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Sistem pendidikan nasional
Keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Peserta didik
Anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

Jalur pendidikan
Wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Jenjang pendidikan
Tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

Jenis pendidikan
Kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.

Satuan pendidikan
Kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Pendidikan formal
Jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Pendidikan nonformal
Jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Pendidikan informal
Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

Pendidikan anak usia dini
Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Pendidikan jarak jauh
Pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.

Standar nasional pendidikan
Kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Wajib belajar
Program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh Warga Negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Warga Negara
Warga Negara Indonesia baik yang tinggal di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masyarakat
Kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Pemerintah
Pemerintah Pusat.

Pemerintah Daerah
Pemerintah Propinsi, Pemerintah Kabupaten, atau Pemerintah Kota.

Menteri
Menteri yang bertanggung jawab dalam bidang pendidikan nasional.

Rapat Koordinasi Nasional Jaringan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan

Rapat Koordinasi Nasional Jaringan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Tahun 2009 akan diadakan pada tanggal 26 -- 28 Mei 2009. Keterangan lebih lanjut tentang materi pengumuman dan informasi umum dapat dilihat pada menu Agenda Kegiatan (28 Mei 2009) dengan judul Rapat Koordinasi Nasional Jaringan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan tahun 2009.

Senin, 11 Mei 2009

Indonesia-Perancis Jajagi Kerjasama Pendidikan Tinggi Bidang Pariwisata dan Perhotelan

Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Perancis menjajagi kerjasama pendidikan tinggi bidang pariwisata dan perhotelan. Kerjasama yang akan dijalin diantaranya adalah pertukaran tenaga pengajar, gelar ganda (double degree), serta pendidikan jenjang pascasarjana (S2) dan doktoral (S3). Kerjasama ini difasilitasi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (ditjen Dikti) Depdiknas, Bagian Kerjasama dan Kebudayaan Besar Perancis, dan CampusFrance Indonesia.

Para perwakilan institusi pendidikan tinggi Perancis mulai 4 - 9 Mei 2009 akan mengunjungi beberapa perguruan tinggi bidang pariwisata dan perhotelan di tiga kota, yakni Jakarta, Bandung, dan Bali.

Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti Depdiknas Hendarman menyampaikan, pemerintah akan memfasilitasi perizinan untuk pertukaran tenaga pengajar kepada institusi pendidikan tinggi yang akan saling menjalin kerjasama. "Bentuk kerjasama bisa dalam pertukaran dosen. Mereka akan mengunjungi Universitas Trisakti, Bina Nusantara, dan ke sejumlah universitas di Bandung. Kalau mereka melihat kerjasama ini bagus, ya bisa dipercepat, tergantung mereka," katanya.

Menurut Hendarman, kerjasama dapat dijalin atas pengakuan masing - masing institusi. Dia mencontohkan, untuk gelar ganda, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.26 Tahun 2007 tentang Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain di Luar Negeri, harus disepakati persentasi perkuliahan di kedua universitas. Pada pasal 12 ayat 2 disebutkan, untuk memperoleh ijazah, gelar akademik dan/atau vokasi, program studi pada program gelar ganda memiliki kesamaan beban studi paling sedikit 75 persen. "Supaya nanti ada pengakuan dua - duanya. Nah, ini bagus karena mahasiswa kita juga bisa memasuki kompetisi global itu," katanya.

Hendarman mengatakan, pemerintah akan mengirimkan dosen - dosen untuk menempuh pendidikan lebih lanjut. Dia menyebutkan, sesuai dengan Undang-Undang No.14/2005 tentang Guru dan Dosen maka dosen harus berkualifikasi S2. "Dosen kita masih banyak yang S1. Pada 2014 semua dosen minimal sudah S2," katanya.

Atase Kerjasama Ilmiah dan Teknik Perancis Dominique Dubois menyampaikan, bidang turisme memiliki dampak yang besar terhadap perekonomian Perancis. Dia menyebutkan, konsumsi bidang turisme sebanyak Eur 118 milyar per tahun dan sebanyak 35 persen adalah dari luar Perancis. Sementara, lanjut dia, pembelanjaan sektor turis menunjukkan angka positif sebanyak Eur 13 milyar setiap tahun. Penduduk Perancis yang keluar negeri membelanjakan 27 milyar, sedangkan turis yang datang membelanjakan Eur 40 milyar. "Sekitar 80 juta orang berkunjung ke Perancis per tahun. Perancis adalah salah satu tujuan turis di dunia," katanya.

Dominique mengatakan, bisnis di sektor turisme mempekerjakan 850.000 pegawai. Dia menyebutkan, di Perancis terdapat sebanyak 25.000 hotel, 120.000 restoran dengan turn over sebanyak Eur 17 juta. "Di bidang pendidikan terdapat sebanyak 2,2 juta pelajar dan 260.000 diantaranya adalah pelajar asing," katanya.

Dominique menyebutkan, di Perancis terdapat sebanyak 3.500 institusi pendidikan baik negeri maupun swasta. Dia menjelaskan, pelajar asing yang datang ke Perancis diperlakukan tidak seperti orang asing pada umumnya. Mereka, kata dia, memiliki beberapa keuntungan seperti para pelajar Perancis. "Mereka tidak dibebankan sebagai pembayar pajak," katanya.

Dominique menjelaskan, sistem pendidikan di Perancis menganut sistem Eropa yang disebut LMD atau License (setara S1), Master (S2), dan Doctor (S3). Jenjang License, kata dia, ditempuh selama enam semester, empat semester tambahan untuk program master, dan minimum tiga tahun untuk program doctor. "Di Eropa juga terdapat sistem transfer kredit," katanya.

Dominique menekankan dua hal yakni internasionalisasi dan profesionalisme. Dia menyampaikan, dari sisi internasionalisasi, perguruan tinggi di Perancis tidak hanya menarik sebanyak mungkin pelajar asing belajar di Perancis dan memberikan mereka gelar. "Internasionalisasi adalah memberikan keseimbangan yang sama antara pelajar asing dan pelajar Perancis, sehingga keduanya memperoleh keuntungan yang sama. Salah satu menjadikan internasionalisasi adalah dengan menghadirkan pelajar asing. Jadi mereka juga merupakan aset, " katanya.

Sementara, lanjut Dominique, dari sisi profesionalisme, selain dengan melanjutkan pendidikan ke luar negeri, juga memperoleh kesempatan magang selama satu tahun di industri. Penempatan di industri, lanjut dia, merupakan bagian dari kurikulum yang dinilai oleh profesional dan tenaga akademik. "Yang penting juga adalah meningkatnya tenaga profesional seperti manajer hotel. Bidang turism, manajemen hotel, hiburan adalah peluang kerja masa depan," katanya.

Sebelas Kebijakan Terobosan Lanjutan Masal Pendidikan

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) pada 2009 telah menetapkan sebelas kebijakan terobosan lanjutan secara masal pendidikan. Pada akhir 2008 hampir seluruh indikator kinerja utama rencana strategis tercapai dengan baik, bahkan banyak yang melampaui target. Kebijakan masal pendidikan selama ini telah menunjukkan hasil - hasil yang positif.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo pada upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2009 di Depdiknas, Jakarta, Sabtu (2/05/2009). Tema peringatan Hardiknas 2009 adalah Pendidikan Sains, Teknologi, dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa.

Mendiknas menyebutkan sebelas terobosan masal pendidikan, yakni melanjutkan pendanaan pendidikan secara massal, melanjutkan peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik, penerapan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk e-pembelajaran dan e-administrasi, pembangunan prasarana dan sarana pendidikan, rehabilitasi prasarana dan sarana pendidikan, dan reformasi perbukuan secara mendasar.

Selanjutnya, peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif, perbaikan rasio peserta didik SMK:SMA, otonomisasi satuan pendidikan, intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapaikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang tidak terjangkau pendidikan formal (reaching the unreached), serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dengan pendekatan komprehensif.

Mendiknas mengatakan, dalam kurun waktu 2005 - 2008, pendanaan pendidikan melalui program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), BOS Buku, Bantuan Khusus Murid (BKM), Bantuan Operasional Manajemen Mutu (BOMM), dan program beasiswa telah menunjukkan hasil dan manfaat yang signifikan dalam pengembangan mutu pendidikan di Tanah Air. "Program BOS selama ini telah membebaskan sebanyak 70,3 persen murid SD/MI dan SMP/MTs dari pungutan biaya operasional dan semua siswa miskin bebas dari pungutan tersebut," katanya.

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, dengan peningkatan biaya satuan BOS yang cukup signifikan maka mulai 2009 program BOS membebaskan seluruh peserta didik SD negeri dan SMP negeri dari semua pungutan biaya operasional sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). "Tahun 2008 kita berhasil menuntaskan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun pada tingkat nasional," katanya.

Selanjutnya, kata Mendiknas, dalam hal peningkatan kualifikasi dan sertifikasi pendidik maka sesuai dengan Undang - Undang No.14/2005 tentang Guru dan Dosen, sejak 2006 sekitar 1,75 juta guru yang belum memperoleh S1/D4 harus meraih derajat tersebut dalam waktu sepuluh tahun. Kemudian, kata Mendiknas, sekitar 150.000 dosen yang belum S2 atau S3 harus meraihnya dalam waktu sepuluh tahun. "Seiring dengan upaya tersebut maka bagi para guru dan dosen yang telah berhasil memenuhi persyaratan undang - undang tersebut kesejahteraannya ditingkatkan menjadi sekitar dua kali lipat," katanya.

Mendiknas mengatakan, dalam mengembangkan infrastruktur TIK untuk e-pembelajaran dan e-administrasi, telah tersambung melalui Jejaring Pendidikan Nasional (Jardiknas) puluhan ribu sekolah, ratusan perguruan tinggi dan seluruh kantor Depdiknas termasuk UPT di daerah, dan seluruh kantor pendidikan provinsi dan kabupaten/kota tersambung ke Jardiknas. "Pembangunan sarana - prasarana pendidikan juga terus ditingkatkan, dari PAUD hingga pendidikan tinggi," katanya.

Sampai dengan saat ini, kata Mendiknas, telah dibangun ribuan sekolah baru, puluhan ribu ruang kelas baru, ribuan perpustakaan dan laboratorium. Selain itu, lanjut Mendiknas, juga telah direhabilitasi ratusan ribu ruang kelas SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK/SLB.

Sementara, kata Mendiknas, di bidang perbukuan Depdiknas telah melakukan reformasi secara mendasar, yaitu dengan membeli hak cipta buku dari penulis atau penerbit dan mengizinkan siapa saja untuk menggandakannya, menerbitkannya, atau memperdagangkannya dengan harga murah. Mendiknas menyebutkan, sampai saat ini Depdiknas telah membeli sebanyak 598 judul buku teks pelajaran, dengan harga eceran tertinggi (HET) yang berkisar antara Rp.4.387,00 sampai dengan Rp.29.986,00 per buku. "Dengan reformasi ini sekolah wajib menyediakan buku teks pelajaran sejumlah peserta didiknya, sehingga para peserta didik tidak perlu lagi membeli buku dan cukup meminjam dari perpustakaan," katanya.

Lebih lanjut Mendiknas menyampaikan, peningkatan mutu dan daya saing pendidikan dengan pendekatan komprehensif telah dilakukan secara sistematik terhadap semua satuan pendidikan, dengan cara meningkatkan acuan mutu standar pelayanan minimal (SPM), rintisan sekolah standar nasional (RSSN), sekolah standar nasional (SSN), rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI), dan sekolah bertaraf internasional (SBI).

Adapun pada jenjang pendidikan tinggi, kata Mendiknas, beberapa perguruan tinggi kita telah mendapat pengakuan sebagai perguruan tinggi berkelas dunia (world class), menurut versi Times Higher Education Supplement (THES). "Tiga perguruan tinggi yaitu Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, dan Institut Teknologi Bandung, dengan jumlah program studi 520 telah masuk dalam peringkat 400 terbaik dunia dari 12.000 universitas di seluruh dunia," katanya.

Selain itu, lanjut Mendiknas, sebanyak 47 program studi Universitas Terbuka mendapatkan akreditasi dari International Council of Distance Education (ICDE). "Dengan demikian, maka program studi berkelas dunia sampai dengan saat ini mencapai 567 program studi yang melayani sekitar 12 persen dari seluruh mahasiswa Indonesia," katanya.

Sementara, kata Mendiknas, dalam perbaikan rasio peserta didik SMK:SMA, Depdiknas memiliki kebijakan membalik rasio itu dari 30:70 pada tahun 2004 menjadi 70:30 pada tahun 2015. "Sampai dengan akhir tahun 2008 rasio yang tercapai telah bergeser menjadi 46:54. Dengan demikian, selama empat tahun rasio tersebut telah bergeser 16 persen," katanya.

Mendiknas menjelaskan, berkenaan dengan otonomisasi satuan pendidikan, otonomi harus diimbangi dengan akuntabilitas yang setimpal. Dia mengatakan, pada tingkat sekolah/madrasah otonomi satuan pendidikan secara umum diberikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS), kecuali segelintir sekolah/madrasah yang menurut Undang - Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) dipersyaratkan untuk menjadi BHP. "Sementara untuk jenjang pendidikan tinggi, semua satuan pendidikan tinggi harus berbentuk BHP," katanya.

Mendiknas menyampaikan, dalam pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal untuk menggapaikan layanan pendidikan kepada peserta didik yang tak terjangkau pendidikan formal (reaching the unreached) telah dilaksanakan program PAUD nonformal yang mendidik 10,48 juta anak. Program Paket A, kata Mendiknas, telah menyumbang angka partisipasi murni (APM) SD/MI 0,5 persen, program Paket B menyumbang angka partisipasi kasar (APK) SMP/MTs 3,96 persen, dan program Paket C menyumbang APK SMA/MA 2,96 persen.

Sementara, kata Mendiknas, buta aksara usia 15 tahun atau lebih menyisakan 9,7 juta orang atau 5,97 persen. "Insya Allah pada akhir tahun ini bisa kita turunkan menjadi lima persen," katanya.

Mendiknas menyebutkan, hampir 300.000 orang mengikuti pendidikan kecakapan hidup dan telah membangun ribuan Taman Bacaan Masyarakat (TBM), serta ratusan TBM mobil untuk daerah pedesaan yang jauh dari TBM.

Lebih lanjut Mendiknas mengatakan, dalam penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan dilakukan pendekatan komprehensif melalui penataan kelembagaan, penghilangan konflik kepentingan, peningkatan akuntabilitas, dan peningkatan standar mutu pelayanan publik.

Pelajar Indonesia Raih The Best Experiment Olimpiade Fisika Asia ke-10

Pelajar Indonesia berhasil meraih penghargaan the best experiment pada ajang Olimpiade Fisika Asia ke-10 atau 10th Asian Physics Olympiad (APhO) yang berlangsung 24 April - 2 Mei 2009 di Bangkok, Thailand.Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) berhasil memenuhi target meraih dua medali emas.

Selain meraih dua medali emas, tim berhasil menyumbangkan empat medali perak dan dua medali perunggu. Pada kompetisi yang diikuti 15 negara di kawasan Asia itu, Indonesia menjadi salah satu dari empat negara peserta yang berhasil meraih medali emas. Empat negara peserta tersebut, yakni Cina (8 emas), Taiwan (7), Thailand (5), dan Indonesia (2).

Direktur Pembinaan SMA Depdiknas Sungkowo Mujiamanu mengatakan, prestasi yang diraih para pelajar ini sangat menggembirakan. Ajang ini, kata dia, sekaligus sebagai uji coba untuk mengikuti olimpiade tingkat dunia yang akan diselenggarakan pada Juli mendatang.

Sungkowo menyampaikan, pemerintah menjamin akan memberikan beasiswa kepada peraih medali emas untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. "Beasiswa diberikan baik di dalam maupun di luar negeri. Terserah mereka ingin melanjutkan ke mana," katanya saat menyambut kedatangan tim di terminal kedatangan internasional IId Bandara Intenasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Sabtu (2/05/2009).

Adalah Winson Tanputraman dari SMA K 1 BPK Penabur Jakarta berhasil meraih nilai tertinggi pada soal eksperimen, sekaligus meraih medali emas. Pada kompetisi yang sama tahun lalu, Winson meraih penghargaan honorable mention. "Hasil eksperimen saya cukup bagus, tetapi tidak menyangka dapat meraih the best. Strategi saya adalah seteliti mungkin dalam mengerjakan soal eksperimen," katanya.

Winson yang berkeinginan meneruskan kuliahnya di Amerika Serikat bidang teknik ini mengaku tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal - soal yang diujikan. Bekal pengetahuan yang diperoleh selama pelatihan dirasa cukup baginya untuk menyelesaikan soal ujian baik teori maupun praktek. "Tahun lalu saya sudah pernah ikut, jadi tidak terlalu tegang mengerjakan soal. Lawan yang paling berat adalah dari Cina dan Taiwan. Saya berharap dapat mempertahankan prestasi ini di olimpiade tingkat internasional, " katanya.

Emas kedua Indonesia dipersembahkan oleh Dzuhri Radityo Utomo dari SMAN 1 Yogyakarta. "Soal - soalnya tidak terlalu sulit. Hanya pada bagian eksperimen agak susah dapat hasil yang bagus. Saya berharap dapat medali emas di tingkat internasional," katanya.

Dzuhri mengaku baru pertama kali ikut olimpiade di tingkat internasional. Sebelumnya, dia pernah dua kali mengikuti ajang tingkat nasional. Berbeda dengan Winson, Dzuhri berkeinginan melanjutkan kuliah di dalam negeri yaitu pada Jurusan Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Adapun empat medali perak disumbangkan masing-masing oleh Andri Pradana dari SMA K 1 BPK Penabur Jakarta, Fernaldo Richtia Winnerdy dari SMA K Gading Serpong Banten, Sandoko Kosen dari SMA Sutomo 1 Medan, dan Paul Zakharia Fajar Hanakata dari SMAN 1 Denpasar Bali.

Sementara dua medali perunggu masing - masing diraih oleh Muhammad Sohibul Maromi dari SMAN 1 Pamekasan dan Brigitta Septriani dari SMA Santo Petrus Pontianak.

Indonesia Juara Umum Kompetisi Ilmuwan Muda Tingkat Intenasional

Indonesia berhasil menjadi juara umum pada ajang kompetisi ilmuwan muda tingkat internasional dengan merebut enam medali emas, satu perak, dan tiga perunggu. Prestasi tertinggi ini diraih oleh para pelajar Indonesia pada International Conference of Young Scientists (ICYS) ke-16 di Pszczyna, Polandia, 24 - 28 April 2009. Sepuluh karya penelitian yang dipresentasikan Tim ICYS Indonesia dalam bahasa Inggris semuanya memperoleh medali penghargaan.

"Saya sangat bangga karena negara yang paling banyak mendapatkan medali emas adalah Indonesia. Proyek penelitian anak - anak ini spesifik, asli, dan belum pernah dipublikasikan," kata Direktur Pembinaan SMA Depdiknas Sungkowo Mujiamanu saat menyambut kedatangan Tim ICYS Indonesia di terminal kedatangan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, Jumat (1/05/2009).

Ketua delegasi Indonesia pada ICYS Monika Raharti menyampaikan, seleksi peserta peserta lomba dilakukan secara nasional. Dia mengatakan, karya penelitian yang lolos seleksi selanjutnya dibimbing dengan mendatangkan supervisor di bidang terkait. "Lalu ada dua kali karantina. Sekali di bulan Februari dan sekali lagi sebelum berangkat," katanya.

Ke depan, kata Monika, direncanakan akan membuat sebuah institusi penelitian yang bibitnya adalah anak - anak alumni peserta ICYS. Dia berharap, supaya seluruh anak Indonesia mulai berpikir dan mempunyai sikap seorang peneliti yang mau berkomunikasi, bekerjasama, dan jujur terhadap fakta. "Itu yang kami inginkan dan bina bersama - sama anak SMA se-Indonesia, " katanya.

Berikut berturut - turut lima besar hasil perolehan medali negara - negara peserta adalah Indonesia (6 medali emas, 1 perak, 3 perunggu);Jerman (3,4,2); Belanda (3,1,2); Amerika Serikat (3,0,0), dan Rusia (2,3,3).

ICYS adalah ajang internasional yang melombakan presentasi hasil penelitian pelajar berusia 14 - 18 tahun di bidang Fisika, Matematika, Ilmu Komputer, dan Ekologi. ICYS pertama kali diselenggarakan di Visegrad, Hungaria pada 1994. Indonesia mengikuti ajang ini sejak 2005. Pada 2010, Indonesia mendapatkan kehormatan sebagai negara Asia pertama untuk menggelar ICYS ke-17 yang akan berlangsung di Bali pada 9 - 13 April 2010.

Enam medali emas diraih masing - masing di bidang Ekologi (3 medali), Fisika (2), dan Ilmu Komputer (1). Tiga medali emas di bidang Ekologi dengan judul (1) Biological Control Using Trichogramma japonicum as Egg Parasite oleh Vincentius Gunawan dan Fernanda Novelia dari SMP Petra 3 Surabaya; (2) Saccharomyces Sp. : An Agent for Remedy of Oil Pollution oleh Gabriella Alicia Kosasih dan Teresa Maria Karina dari SMA St. Laurensia Tangerang, (3) Durian to Fight Mosquito, oleh Jessica Karli dan Yosephine Livia Pratiknyo dari SMA Cita Hati Surabaya.

Dua medali emas di bidang Fisika dengan judul (1) Electrostatic Precipitator as The Solution of Military Tanks' Smoke Negative Effects oleh Guinandra Lutfan Jatikusumo dari SMA Taruna Nusantara Magelang, (2) Balinese Gamelan: A Brainwave Synchronizer? oleh Idelia Chandra dan Christopher Alexander Sanjaya dari SMA St. Laurensia Tangerang.

Satu emas di bidang Ilmu Komputer dengan judul M-Batik: The Computation of Indonesia's Dying Traditional Batik Design oleh Nugra Akbari dari SMA Global Mandiri Jakarta.

Satu medali perak di bidang Ekologi dengan judul Durian Seeds As Raw Material For Ketchup Sauce And Crisp oleh Dwiky Rendra Graha Subekti dari SMA St. Theresiana 01 Semarang.

Tiga medali perunggu diraih masing - masing di bidang Ekologi (2 medali) dan Matematika (1 medali). Dua medali perunggu di bidang Ekologi dengan judul (1) The Effect Of Myrmelleon SP On Blood Glucose Level Of Rats oleh Lydia Felita Limbri dan Allen Michelle Wihono dari SMA St. Laurensia Tangerang, (2) The Effects Of Mangostin On The Spermatogenesis Of Male White Mice oleh Melissa Nadia Natasha dan Terrenz Kelly Tjong dari SMA St. Laurensia Tangerang.

Satu medali perunggu di bidang Matematika dengan judul Fun With Mathematics Using Hamming Code on Birthdate Guesser oleh I Made Rayo Putra Indrawan dan Andika Setia Budi dari SMA Petra 2 Surabaya.

Made, peserta peraih medali perunggu di bidang Matematika, melakukan penelitian menebak tanggal lahir menggunakan metode Hamming Code. Dia mengaku, idenya berangkat dari sikap teman-temannya yang enggan untuk belajar Matematika. "Teman - teman akhirnya menyenangi Matematika. Hamming Code juga bisa untuk mendeteksi kebohongan,

Pendidikan sebagai Modal Besar Pembangunan Berkelanjutan

Pendidikan terutama di bidang sains, teknologi, dan seni merupakan modal besar untuk menjamin agar pembangunan terjaga keberlanjutannya. Harus dipikirkan bagaimana sains, teknologi, dan seni dapat membuat semua penduduk Indonesia dan juga dunia sadar bahwa keberlangsungan kehidupan bumi harus dijaga.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Fasli Jalal, selaku Ketua Panitia Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) mengatakan, pendidikan untuk menjamin pembangunan yang berkelanjutan telah dimasukkan ke dalam berbagai kegiatan peringatan Hardiknas 2009. "Pada akhirnya semua hal yang dilakukan di bidang sains, teknologi, dan seni diharapkan dapat meningkatkan daya saing bangsa. Apalagi seni sangat menentukan di bidang kreativitas, " katanya saat memberikan keterangan pers di Depdiknas, Jakarta, Rabu (29/04/2009) .

Fasli mengatakan, peringatan Hardiknas dengan tema Pendidikan Sains, Teknologi, dan Seni Menjamin Pembangunan Berkelanjutan dan Meningkatkan Daya Saing Bangsa akan dirangkai dengan berbagai kegiatan. Dia menyebutkan, upacara peringatan Hardiknas akan dilaksanakan di kantor Depdiknas, Jakarta pada Sabtu, 2 Mei 2009. Upacara juga akan dilaksanakan secara serentak di kantor dinas pendidikan provinsi, kabupaten, dan kota, serta sekolah di seluruh Indonesia.

Usai upacara peringatan, Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo, akan menyematkan Satya Lencana Karya Satya kepada 109 pegawai di lingkungan Depdiknas yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi dengan masa kerja 10 hingga 30 tahun. Acara lain adalah pemberian penghargaan diantaranya pemilihan masyarakat berprestasi, gubernur berprestasi, daerah berprestasi, siswa berprestasi, dan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. "Puncak peringatan akan diselenggarakan bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Pemda Jawa Barat," katanya.

Fasli menyampaikan, pemerintah akan menaikkan jumlah mahasiswa yang masuk ke bidang sains dari lima persen menjadi sepuluh persen. Dia mengatakan, upaya untuk meningkatkan minat siswa terhadap sains akan dilakukan dengan memberikan insentif melalui berbagai lomba - lomba, studi banding, dan fasilitas laboratorium canggih. "Di sekolah sudah diajarkan cuma minat mereka kadang bervariasi. Kita ingin memastikan agar sains ini diajarkan dnegan menyenangkan dan difasilitasi dengan berbagai peralatan multimedia," katanya.

Lebih lanjut Fasli mengatakan, pemerintah akan memberikan penghargaan bagi guru - guru yang berhasil menemukan metode pembelajaran yang bagus. Kemudian, kata dia, lomba - lomba olimpiade akan diperbanyak dan akan membawa juara nasional ke tingkat internasional.
Terkait dengan pendidikan seni, Fasli mengatakan, seni merupakan potensi nasional yang luar biasa. Menurut dia, produk - produk seni seperti seni pertunjukkan selalu mendapatkan apresiasi yang luar biasa saat ditampilkan di luar negeri. Pada 2009, kata dia, pemerintah memberikan bantuan (blockgrant) sebanyak Rp.1 milyar kepada pendidikan tinggi seni dan Rp.500 juta kepada pendidikan tinggi umum. Kuota yang diberikan sebanyak masing - masing lima untuk pendidikan tinggi seni dan lima pendidikan tinggi umum. "Satu sudah diputuskan yakni tim Sekolah Tinggi Seni Indonesia Padang Panjang akan dikirim ke Pekan Seni Pasar Tongtong di Belanda," katanya.

Rektor ITB Djoko Santoso menyampaikan, puncak peringatan Hardiknas 2009 akan diselenggarakan di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga), Kampus ITB, Bandung, Jawa Barat pada 14 Mei 2009. Direncanakan, acara akan dihadiri oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. "Selanjutnya, Bapak Presiden akan meresmikan beberapa proyek pembangunan di Jawa Barat," katanya.

Djoko mengatakan, acara akan dirangkai dengan kegiatan pameran yang akan menampilkan riset - riset unggulan berbagai perguruan tinggi termasuk sekolah menengah kejuruan (SMK). "ITB sendiri akan menampilkan pameran fokus penelitian, yakni energi berkelanjutan, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), bioteknologi, desain dan seni, serta infrastruktur. Akan dipamerkan juga toko buku mobil," katanya.***
Sumber: Pers Depdiknas

Semangat Ilmuwan Muda Meneliti Bahari dan Kelautan

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dan laut merekatkan seluruh pulau - pulau yang ada di dalamnya menjadi satu kesatuan. Itulah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini.

Selama ini pembangunan lebih terkonsentrasi kepada wilayah daratan, sedangkan laut yang luasnya lebih dari dua pertiga wilayah Indonesia belum sepenuhnya digali dan diketahui karakternya. Hal yang perlu mendapatkan perhatian serius juga adalah adanya eksploitasi kekayaan laut dan pencemaran air laut.

Kesadaran dan rasa cinta bahari dan kelautan harus ditanamkan sejak dini kepada generasi muda. Dengan cinta kepada laut maka akan tumbuh cinta lingkungan Indonesia. Kemudian cinta kepada kebangsaannya. Langkah nyata dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian.

Kegiatan Pelayaran Kebangsaan bagi Ilmuwan Muda merupakan salah satu program Direktorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas yang diselenggarakan setiap tahun. Bekerjasama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) program ini ditujukan bagi mahasiswa maupun dosen peneliti dalam bidang Oceonografi dan Biologi.

Direktur Kelembagaan Hendarman mengatakan, tahun ini program pelayaran kebangsaan akan memberangkatkan empat angkatan menggunakan dua kapal penelitian. Lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang hanya memberangkatkan dua angkatan dengan satu kapal. "Diharapkan mereka juga bisa melakukan penelitian dan memberikan kontribusi kepada daerah yang dilewatinya," katanya pada pelepasan Pelayaran Kebangsaan bagi Ilmuwan Muda di Muara Baru, Jakarta, Jumat (24/04/2009) .

Hendarman mengatakan, pelayaran ilmiah ini menggunakan dua kapal riset, yakni Baruna Jaya VII dan Baruna Jaya VIII. Kapal Baruna Jaya VII akan menempuh rute Jakarta-Karimun Jawa pulang pergi, sedangkan Kapal Baruna Jaya VIII akan menempuh rute Jakarta-Makassar- Menado. Dia menyebutkan, peserta terdiri atas dua kelompok, yakni Oseanografi sebanyak 18 orang dan Biologi sebanyak 17 orang. "Dari Makassar akan ada kelompok lain. Mereka terdiri atas peneliti sebanyak 13 orang dan melakukan penelitian di Toli - Toli sampai ke Menado," katanya.

Selama lima hari pelayaran, kelompok Oseanografi meneliti mencakup diantaranya fisika, kimia hara, dan plankton, sedangkan kelompok Biologi mencakup penelitian struktur dan komposisi mangrove, terumbu karang, dan keragaman, kepadatan dan distribusi moluska dan krustasea, serta keanekaragaman, kepadatan, dan penyebaran ikan.

Deputi Ilmu Pengetahuan dan Kebumian LIPI Hery Haryono mengungkapkan, saat ini kerusakan terumbu karang di Indonesia mencapai 30 persen dan hanya tersisa lima persen dalam kondisi sangat baik. Bahkan di teluk Jakarta sebanyak 98 persen dalam kondisi rusak akibat pencemaran. "Kualitas airnya sudah tidak memungkinkan bagi terumbu karang untuk tumbuh dengan baik," katanya.

Hery menyampaikan, kegiatan pelayaran ini adalah untuk menggalang lebih banyak lagi peneliti - peneliti muda, sehingga ke depan lebih banyak lagi peneliti. Dia mengatakan, peneliti mahasiswa ini akan dilatih di lapangan, sehingga diharapkan mampu bekerja di laut dan terampil. "Kita akan membangun kapasitas dan kapabilitas," katanya.***
Sumber: Pers Depdiknas

Sabtu, 09 Mei 2009

Prestasi

Prestasi
No
Ekskul
Juara
Tingkat
Tahun
PRESTASI BIDANG AKADEMIK
1
MIPA MAT
Juara 1
Kabupaten
2002
2
E M C O
Juara 1
Kabupaten
2003
3
MPA FISIKA
Juara 1
Kabupaten
2003
4
MIPA MAT
Juara 1
Kabupaten
2003
5
OSN
Medali Emas
Nasional
2004
6
IJSO
Medali Perak
Internasional
2005
7
B. INGGRIS
Juara 1
Kabupaten
2006
8
MATEMATIKA
Juara 1
Propinsi
2006
9
IPA (BIOLOGI)
Juara 1
Kabupaten
2006
10
IPA (FISIKA)
Juara 1
Kabupaten
2006
11
B. INGGRIS
Juara 1 dan 2
Kabupaten
2007
12
MATEMATIKA
Juara 1
Jawa Timur
2007
13
FISIKA
Juara 1
Kabupaten
2007
14
BIOLOGI
Juara 1
Kabupaten
2007
PRESTASI BIDANG NON AKADEMIK
1
GERAK JALAN
Juara 1
Kecamatan
2003
2
VOLLY BALL
Juara 1
Kecamatan
2004
3
BACA PUISI
Juara 1
Kabupaten
2003
4
KAMPANYE
Juara 2
Kabupaten
2003
5
SPEKTRUM
Juara Umum
Kabupaten
2005
6
TENIS LAP
Juara 1
Nasional
2005
7
LARI
Juara 1
Kabupaten
2005
8
PRAMUKA
Peserta
Jambore Nas.
2005
9
FES. BAND
Juara 1
Karesidenan
2006
10
BASKET BALL
Juara 1
Kabupaten
2006
11
BACA PUISI
Juara 2
Kabupaten
2007
12
FOC. GROUP
Juara 2
Kabupaten
2007
13
LARI
Juara 1
Kabupaten
2007
14
BASKET BALL
Juara 1
Kabupaten
2007

VISI dan MISI

VISI

“UNGGUL DALAM PRESTASI DAN BUDAYA BERIMAN DAN BERTAQWA SERTA BERWAWASAN INTERNASIONAL”

Indikator visi :

  1. Unggul dalam prestasi belajar dan lulusan sesuai dengan standart kompetensi pendidikan bertaraf Internasional
  2. Unggul dalam pengembangan kurikulum satuan pendidikan bertaraf Internasional
  3. Unggul dalam pengembangan proses belajar mengajar bertaraf Internasional
  4. Unggul dalam peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan sesuai standart Internasional
  5. Unggul dalam pengembangan prasarana, sarana dan multimeia bertaraf Internasional
  6. Unggul dalam pengembangan manajemen sekolah bertaraf Internasional
  7. Unggul dalam penggalian sumber dana pendidikan beserta implementasinya yang sesuai dengan standart Internasional
  8. Unggul dalam pengembangan dan implementasi sistem penilaian berstandart Internasional
MISI
  1. Mewujudkan prestasi belajar dan lulusan sesuai dengan standart kompetensi pendidikan bertaraf Internasional
  2. Mewujudkan pengembangan kurikulum satuan pendidikan bertaraf Internasional
  3. Mewujudkan pengembangan proses belajar mengajar bertaraf Internasional
  4. Mewujudkan peningkatan kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan sesuai standart Internasional
  5. Mewujudkan pengembangan prasarana, sarana dan multimeia bertaraf Internasional
  6. Mewujudkan pengembangan manajemen sekolah bertaraf Internasional
  7. Mewujudkan penggalian sumber dana pendidikan beserta implementasinya yang sesuai dengan standart Internasional
  8. Mewujudkan pengembangan dan implementasi sistem penilaian berstandart Internasional

Jumat, 08 Mei 2009

Galery Foto

f_guru


jalan1
jalan3

Rabu, 06 Mei 2009

SMP NEGERI 2 PARE

SMP Negeri 2 Pare adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Kediri yang dipercaya oleh Dirjen Pendidikan sebagai sekolah yang Bertaraf Internasional, dimana dengan status sebagai Sekolah RSBI maka kami diharapkan untuk dapat mencetak Anak Didik yang mampu berkiprah di dunia Internasional. Dan oleh karena kepercayaan itu, kami mengharapkan dukungan dari masyarakat untuk dapat mengembangkan sekolah ini sesuai dengan tuntutan zaman di Era Globalisasi Modern.

SMP NEGERI 2 PARE

Design by infinityskins.blogspot.com 2007-2008